PENTINGNYA PUBLIK RELATION (HUMAS)

23.24.00 0


Mengapa humas begitu penting dalam suatu perusahaan/lembaga, seperti yang kita ketahui Humas adalah penghubung lembaga/perusahaan kepada karyawan dan khalayak.

Salah satu fungsi terpenting dalam humas yaitu mengambil perhatian masyarakat. Namun humas juga memiliki fungsi lain yang patut diperhitungkan yakni sebagai penghubung yang kreatif.  

MENGAPA WANITA BEGITU ISTIMEWA

19.46.00 0


Nabi Muhammad Saw menyebut anak-anak perempuan dengan bebrapa sebutan diantaranya:
  1. Raihanah: “Sekuntum bunga yang harum semerbak”      
  2. Mu’nisah:  “Obat jerih pelerai demam.

Keistimewaan wanita dalam segi jasmani
  1. Wanita mempunyai bentuk tubuh yang sangat menarik.
  2. Wanita mempunyai kulit dan daging yang halus dan lunak.
  3. Wanita mempunyai penglihatan, pendengara, dan penciuman ynag lebih halus dan lebih tajam.

CONTOH MAKALAH ANALISIS JURNAL INTERNASIONAL

18.15.00 0

ANALISIS JURNAL INTERNASIONAL
LABOR MARKET DETERMINANTS OF MIGRATION FLOWS IN EUROPE
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Makro Islam
Dosen pengampu: Andri Martiana, Lc.




Fakultas Agama Islam
Program Studi Ekonomi dan Perbankan Islam
2015

                  A.    DAMPAK TENAGA KERJA ASING
Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti meningkatkan ukuran pasar domestiknya.
            Positif atau negatifnya pertambahan penduduk bagi upaya pembangunan ekonomi sepenuhnya tergantung pada kemampuan sistem perekonomian yang bersangkutan untuk menyerap dan secara produktif memanfaatkan tambahan tenaga kerja tersebut. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan kerja yang relative lambat menyebabkan masalah pengangguran.[1] Adapun kemampuan itu sendiri lebih lanjut dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input atau faktor-faktor penunjang, seperti kecakapan manajerial dan administrasi.[2]
Hal lain yang sama pentingnya dengan laju pertumbuhan penduduk dalam mempengaruhi keberhasilan pembangunan ekonomi negara-negara Barat adalah terjadinya migrasi internasional secara besar-besaran pada abad kesembilan belas dan awal abad kedua puluh. Negara-negara seperti Italia, Jerman, dan Irlandia, dahulu begitu sering dilanda kelaparan dan wabah penyakit yang hebat; ditambah lagi dengan kurangnya lahan serta terbatasnya kesempatan berusaha di sektor industri perkotaan, telah memaksa pekerja-pekerja tidak terampil dari pedesaan untuk pindah ke negara-negara lain yang kekurangan tenaga kerja kasar, seperti Amerika Utara dan Australia.
            Sampai dengan pecahnya Perang Dunia Pertama, migrasi internasional melibatkan jarak-jarak yang jauh dan untuk mencari tempat hidup yang baru yang permanen. Sedangkan dalam periode setelah Perang Dunia Kedua, migrasi lebih banyak terjadi di antara negara-negara Eropa sendiri dan lebih bersifat sementara. Meskipun demikian, faktor pendorong ekonomis yang menjadi latar belakang migrasi tersebut sama saja, yakni mencari kehidupan yang lebih baik di negara asing.migrasi dari daerah-daerah yang kelebihan tenaga kerja di Eropa Selatan dan Tenggara, baik yang bersifat tetap maupun sementara, memberikan keuntungan ganda terhadap daerah asal yang mereka tinggalkan. Pemerintah daerah atau negara asal imigran itu dengan sendirinya terbebas dari biaya-biaya yang harus dikeluarkan guna menyediakan lapangan pekerjaan dan karena sebagian dari pendapatan pekerja migran akan dikirim ke negara asal sehingga merupakan sumber devisa bagi negara asalnya.
            Di antara para imigran yang legal terdapat imigran yang ilegal. Dari sudut pandang negara-negara industri yang menjadi tujuan migrasi, hal itu sudah menjadi masalah serius yang memerlukan langkah penanganan secara drastis. Para imigran tersebut juga dipandang sebagai perampas kesempatan kerja bagi pekerja domestik. Keluarganya juga dicurigai telah memanfaatkan aneka fasilitas kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial yang sedianya hanya diperuntukkan bagi penduduk setempat sehingga menimbulkan beban berat pada pajak setempat yang digunakan untuk membiayai berbagai pelayanan ini.di Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa kini tengah berlangsung perdebatan tentang cara membendung arus masuk para pedagang ilegal itu.mereka menginginkan pembatasan ketat, bahkan larangan total terhadap jumlah imigran yang diijinkan memasuki dan menetap di negara-negara maju. Warga negara lainnya menyerukan pemerintah untuk membuat undang-undang yang melarang para pekerja ilegal dan keluarganya memperoleh berbagai bantuan tunjangan yang diberikan pemerintah pusat dan local kepada warga negaranya.
Ironi mengenai migrasi internasional, bagaimana pun juga, tidak hanya berupa pengangguran kelebihan penduduk secara efektif di negara-negara Dubia Ketiga, tetapi juga berupa penurunan tenaga kerja terampil dan berpendidikan tinggi yang ada di negara-negara tersebut, karena banyak dari mereka yang bermigrasi ke negara-negara kaya. Oleh karena sebagian besar dari emigran berpendidikan tinggi tersebut berpindah secara tetap, maka terjadilah pengurasan sumber daya intelektual alias “brain drain” yang bagi negara asalnya tidak saja merupakan kerugian sumber daya manusia yang nilainya, tetapi juga menjadi penghalang bagi kemajuan ekonomi nasional mereka di masa yang akan datang.[3]
Uni Eropa (European Union/EU) terbentuk pada bulan Februari 1992 bersamaan dengan ditandatanganinya perjanjian Maastricht (Belanda). Anggota EU antara lain Belgia, Denmark, Perancis, Yunani, Irlandia, Italia, Luxemburg, Belanda, Portugal, Spanyol, Inggris, dan Jerman, Austria, Finlandia, Swedia, dan lain-lain.  Sebelum terciptanya EU, masing-masing negara itu memiliki pengawasan perbatasan, pajak, subsidi, kebijakan nasionalistik, dan industri-industi yang diproteksi. Sekarang,
menjadi pasar tunggal disana tidak ada lagi hambatan untuk perjalanan, lapangan pekerjaan, investasi, dan perdagangan.  EU juga sekarang telah membentuk Economic and Monetary Union yang bertanggung jawab untuk pengembangan EURO untuk menjadi satuan ukuran bagi mata uang Eropa.
Sampai sekarang EU masih terus aktif, karena motivasi utama bagi penyatuan Negara-negara Eropa itu adalah supaya memungkinkan mereka mampu menegaskan kembali posisi mereka terhadap kekuatan Industri AS dan Jepang karena dengan bekerja di negara yang terpisah dengan hambatan satu sama lain, industri Eropa tidak mampu mengembangkan efisiensi di bisnis AS dan juga Jepang. EU akan terus berperan penting dalam perekonomian global bagi Eropa.[4]

                  B.     PERANAN SEJARAH MIGRASI INTERNASIONAL
            Hal lain yang sama pentingnya dengan laju pertumbuhan penduduk dalam mempengaruhi keberhasilan pembangunan ekonomi di negara-negara barat adalah terjadinya migrasi internasional secara besar-besaran pada akhir abad 18 dan awal abad 20. Di negara seperti Jerman, Italia dan Irlandia, dahulu begitu sering dilanda kelaparan dan wabah penyakut, ditambah lagi kurangnya lahan dan terbatasnya kesempatan kerja di sektor industry perkotaan. Hal ini memaksa pekerja-pekerja di negara tersebut untuk mencari pekerjaan di negara lain yang kekurangan tenaga kerja kasar, contohnya Amerika Utara dan Australia sehingga pada saat itu perekonomian Amerika Serikat dapat tumbuh dengan begitu cepatnya berkat para imigran Eropa yang mencari kerja disana.
            Didalam periode setelah perang dunia ke II, migrasi lebih banyak terjadi di negara-negara Eropa sendiri dan sifatnya lebih sementara. Meskipun demikian faktor pendorong ekonomi yang menjadi latar belakang migrasi tersebut sama saja, yaitu mencari kehidupan yang lebih baik di negara asing. Migrasi dari daerah-daerah yang kelebihan tenaga kerja di Eropa Selatan dan Tenggara, baik yang bersifat tetap maupun sementara, memberikan keuntungan terhadap daerah yang mereka tinggalkan. Pemerintah daerah asal imigran itu dengan sendirinya terbebas dari biaya-biaya yang harus dikeluarkan guna menyediakan lapangan pekerjaan dan sebagian dari pendapatan pekerja akan dikirim kenegara asal sehingga para pekerja imigran tersebut merupakan sumber devisa bagi negara asalnya.
            Secara historis, perpindahan tenaga kerja dalam wilayah negara atau antarnegara sudah  biasa terjadi di Afrika dan terbukti banyak meringankan beban daerah asal. Bahkan hingga kini pun, keuntungan-keuntungan bertambah terus dan banyak masalah potensial yang dapat ditanggulangi dengan berpindahnya para pekerja tidak terdidik dari Burkina Faso di negara tetangganya, yakni Pantai Gading. Hal ini juga terjadi di Mesir, Pakistan, dan India.
            Meskipun demikian, skala migrasi ini relative terbatas. Dengan beberapa pengecualian, kenyataan membuktikan bahwa kecil sekali kemungkinan pekerja dari negara-negara berkembang akan mampu mengurangi tekanan kelebihan penduduk ditempat asalnya di negara-negara Dunia Ketiga. Migrasi internasional dewasa ini memang sudah terjadi, namun tidak bisa dikatakan besar-besaran. Masalahnya tidak terletak pada kurangnya pengetahuan para pekerja negara-negara maju, melainkan pada jarak geografis yang jauh dan yang lebih penting lagi adalah adanya sikap rasialis dan peraturan-peraturan imigrasi yang sangat ketat di negara-negara maju.
            Sekurang-kurangnya 40 juta orang dari negara-negara Dunia Ketiga telah melakukan migrasi (sebagian besar berhasil mapan) di negara-negara terbesar di Amerika Serikat. Dari sudut pandang negara-negara industry yang menjadi tujuan migrasi, hal itu sudah menjadi masalah serius yang memerlukan langkah penanganan secara drasts. Para migran tersebut juga dipandang sebagai perampas kesempatan kerja bagi pekerja domestik. Di Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa kini tengah berlangsung perdebatan tentang cara membendung arus masuk para pendatang illegal itu. Banyak warga negara Amerika Serikat dan Eropa menginginkan pembatasan ketat, bahkan larangan total, terhadap jumlah imigran yang diijinan memasuki dan menetap di negara-negara maju. Namun, ini tidak menjadi jaminan bahwa arus masuk pekerja asing itu akan berkurang. Yang pasti, pertentangan dan konflik dalam masalah itu akan terus bertambah; para pengangguran di negara-negara Dunia Ketiga akan menempuh jalan apa saja demi mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang lebih layak di negara-negara maju.
            Ironi berikutnya, imigrasi internasional dewasa ini memang relative tertutup bagi tenaga kerja negara-negara Dunia Ketiga yang tidak terdidik, namun ternyata terbuka luas bagi mereka yang berpendidikan tinggi yang tentu saja masih dibutuhkan oleh negara-negara berkembang itu sendiri. Oleh karena sebagian besar dari emigrant berpendidikan tinggi tersebut berpindah secara tetap, maka terjadilah pengikisan sumber daya otak/intelektual yang bagi negara asalnya (negara-negara Dunia Ketiga) tidak saja merupakan kerugian sumberdaya manusia yang tinggi nilainya, tetapi juga menjadi penghalang kemajuan ekonomi nasional mereka di masa yang akan datang.

                  C.    MIGRASI DAN PEMBANGUNAN
            Beberapa tahun yang lalu migrasi dari desa ke kota dianggap sebagai hal yang menguntungkan dalam kajian pembangunan ekonomi. Karena dengan migrasi ini surplus tenaga kerja secara perlahan ditarik dari sektor pedesaan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja bagi pertumbuhan industri perkotaan.
            Migrasi juga sering dianggap suatu proses yang bisa menghilangkan ketidak seimbangan struktural antara desa-kota dengan dua cara langsung. Petama, dari sisi penawaran, migrasi yang tidak proporsional mampu meningkatkan tingkat pertumbuhan pencari kerja perkotaan sehubung dengan adanya pertumbuhan penduduk perkotaan, karena proporsi dari orang muda yang berpendidikan cukup baik mendominisir arus migrasi ini. Kehadiran mereka ini mampu meningkatkan penawaran tenaga kerja di perkotaan sedangkan jumlah sumberdaya manusia yang ada di pedesaan semakin berkurang jumlahnya.
            Yang kedua dari sisi permintaan, penciptaan lapangan kerja perkotaan adalah lebih sulit dari penciptaan lapangan kerja pedesaan karena kebutuhan sumberdaya manusianya di sektor industri. Selain itu, tekanan-tekanan dari kenaikan upah perkotaan dan tunjangan-tunjangan tambahan yang diwajibkan bagi para pekerja menyebabkan kenaikan permintaan atas lapangan kerja di perkotaan.
            Dengan demikian, kenaikan penawaran yang cepat dan pertumbuhan pertumbuhan permintaan yang lambat cenderung untuk mengubah masalah ketidakseimbangan tenaga kerja dalam jangka pendek menjadi surplus tenaga kerja di daerah perkotaan dalam jangka panjang.

                 D.    PROSES MIGRASI PARA MIGRAN
            Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah tertentu ke daerah lainnya.[5] Migrasi ini dipengaruhi banyak faktor, oleh karena itu migrasi merupakan suatu proses memilih yang mempngatuhi individu-individu dengan karakteristik-karakteristik ekonomi, sosial, pendidikan dan daerah tertentu. Banyak penilitian awal tentang migrasi cenderung difokuskan kepada faktor-faktor sosial, budaya dan psikologisnya saja, tapi tidak melihat arti penting dari variabel- variabel ekonomi.
            Penekanan-penekanan tersebut antara lain ditujukan pada:
a.       Faktor sosial, hasrat para migran untuk keluar dari kendala-kendala tradisional dan organisasi-organisasi
b.      Faktor-faktor fisikal, termasuk iklim dan bencana-bencana alam seperti banjir dan tanah lonsor
c.       Faktor demografis, termasuk penurunan tingkat kematian dan pertumbuhan penduduk pedesaan yang tinggi
d.      Faktor budaya, adanya hubungan keluarga yang luas dan adanya anggapan bahwa indahnya kehidupan di kota
e.       Faktor-faktor komunikasi yang dihasilkan oleh baiknya transportasi, sistem pendidikan yang baik dan dampak dari adanya teknologi-teknologi baru.[6]

Karakteristik Migrasi
1.      Karakteristik Pendidikan
            Salah satu temuan dari studi-studi tentang migrasi adalah adanya kondisi yang berpengaruh pada kesempatan memperoleh pendidikan dan migrasi. Tampaknya ada hubungan yang jelas antara tingkat pendidikan yang dicapai dan keinginan untuk bermigrasi. Orang yang berpendidikan tinggi cenderung lebih banyak melakukan migrant di bandingkan yang berpendidikan lebih rendah. Dalam suatu studi yang komprehensif di Tanzania contohnya,hubungan antara pendidikan dan migrasi terbukti secara jelas,terutama dengan kaitannya dengan dampak penurunan kesempatan kerja di perkotaan terhadap karakteristik pendidikan para migrant. Dalam beberapa contoh kasus para tamatan sekolah menengah contoh di Tanzania menyebabkan meningkatnya arus migrasi.Kurangnya pemanfaatan tenaga kerja merupakan gejala yang umum. Hal ini tidak hanya terjadi di negara berkembang dengan tingkat pengangguran yang sangat tinggi tetapi juga hal tersebut terjadi di negara maju.Perbedaan pada spesifikasi penyebab dan proporsi. Dinegara maju penyebab utamanya adalah terlalu tinggi pendidikan atau oleh edukasi dan deskilling ( O'brien 1986). Tingkat pendidikan yang tinggi berarti memiliki kemampuan yang tinggi. Bila tidak termanfaatkan kemampuan itu tidak termanifestasikan dan berkembang, bahkan akan susut dan hilang.Tingkat pendidikan yang tinggi juga meningkatkan aspirasi,keinginan memiliki otonom dan variasi dalam bekerja. Bila hal ini tidak tersalurkan dengan baik maka efek negatif akan muncul. Padahal disisi lain tidak seluruh pekerjaan menuntut pendidikan yang tinggi. Ada beberapa pekerjaan justru lebih menutut adanya ketrampilan dimana tenaga kerja yang dipilih adalah tenaga kerja yang terampil yang benar-benar menguasai bidang pejerjaan tersebut.Hal-hal tersebutlah salah satunya yang menyulut meningkatnya arus migrasi di beberapa daerah.

2.      Karakteristik ekonomi
    Selama bertahun-tahun presentase migrasi yang terbanyak adalah kaum miskin,tidak memiliki arah dan tidak memiliki ketrampilan. Pada zaman penjajahan di Afrika contohnya,migrasi didominasi oleh migrasi dari berbagai tingkat pendapatan yang migrasi dari berbagai tingkat pendapatan yang mencari pekerjaan di perkotaan untuk jangka pendek. Dengan kata lain para migrasi ini datang dari semua tingkat sosio ekonomis yang sebagian besar adalah sangat mungkin karena memang sebagian besar orang- orang pedesaan adalah orang berpenghasilan rendah.Arus migrasi dipengaruhi kuat oleh faktor ekonomi didukung oleh teori dari Lewin Renis-Fei yang menekankan analisisnya terhadap faktor ekonomi. Lewis Renis-Fei menjelaskan proses terjadinya migrasi/ perpindahan tenaga kerja tradisional ke sektor industri modern. Teori ini berpandangan bahwa adanya kelebihan tenaga kerja di sektor tradisional,sementara di sektor industri modern terdapat kesempatan kerja yang cukup banyak sehingga memotivasi para pekerja untuk pindah ke sektor modern dan berakibat terhadap terjadinya migrasi.










DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin. 1997. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN.
Arsyad, Lincolin1997. Ekonomi Pembangunan, Edisi Keempat. Yogyakarta: KDT.
Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga/edisi kedelapan.  Jakarta: Erlangga.
M. Paulus Situmorang. Managing in A Global EnvironmentGoogle Cendekia(Selasa, 28 April 2015, 22.32).








[1] Lincolin Arsyad, Edisi Pembangunan, Edisi KeempatYogyakarta: KDT,  hlm.288.
[2]Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga/edisi kedelapan,2003, Jakarta: Erlangga, hlm. 93.
[3] Ibid, hlm. 109-111.
[4] M. Paulus Situmorang, Managing in A Global Environment, Google Cendekia,(Selasa, 28 April 2015, 22.32).
[5] Lincolin Arsyad, Ekonomi Pembangunan, 1997,  Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN, hlm. 261.
[6] Ibid, hlm. 262.



Al'Quran dan Hadis Komunikasi Komunikator

21.10.00 3
MEMAHAMI HADIS DAN AL-QURAN YANG BERKAITAN DENGAN KOMUNIKASI KOMUNIKATOR DAN MENGAKTUALISASIKANYA
Dosen pengampu:
Disuson oleh  : M hendri saputra
                    :  aning nurohman

I.          PENDAHULUAN
Dalam kehidupan, komunikasi sangatlah penting kegunaan dan pengaruhnya dalam segala aspek bidang, baik manusia sebagai hamba, anggota masyarakat, anggota keluarga dan manusia sebagai satu kesatuan yang universal. Tanpa kita sadari atau kita sadari kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah lepas dari yang namanya komunikasi baik secara lisan, tulisan dan isyarat (lambang-lambang dan gerak tubuh).
Sebagai seorang muslim sangat baik jika kita menggunakan komunikasi yang Islami, yaitu komunikasi berakhlak al-karimah atau beretika. Komunikasi yang berakhlak al-karimah berarti komunikasi yang bersumber kepada Al-Quran dan Hadis (sunah Nabi).
Komunikasi dalam Islam adalah proses penyampaian pesan-pesan secara baik dan benar  dengan menggunakan etika, Dengan pengertian demikian, maka komunikasi dalam Islam menekankan pada unsur pesan (message), yakni risalah atau nilai-nilai Islam, dan cara (how),dalam hal ini tentang gaya bicara dan penggunaan bahasa (retorika).  dalam Al-Quran dan Al-Hadits ditemukan berbagai panduan agar komunikasi berjalan dengan baik dan efektif. Kita dapat mengistilahkannya sebagai kaidah, prinsip, atau etika berkomunikasi dalam perspektif Islam.


II.          PEMBAHASAN
a.        Pengertian komunikasi
Komunikasi berasal dari kata Latin “communis” yang berarti sama. Harold Lasswell menggambarkan komunikasi sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Yang berarti Siapa, Mengatakan Apa, Dengan Saluran Apa, Dengan Siapa, Dengan Pengaruh Bagaimana. (Deddy Mulyana, Hal. 62)
Dari konsep Lasswell tersebut, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan suatu pesan melalui media tertentu kepada orang lain (komunikan) dengan harapan adanya suatu efek dari proses tersebut. Atau digambarkan sebagai berikut:
komunikator         pesan          media         komunikan         efek
Semua aktivitas sehari-hari yang dilakukan manusia dapat dikategorikan sebagai bentuk komunikasi. Baik dengan seseorang (interpersonal), banyak orang (kelompok), atau bahkan dengan dirinya sendiri (intrapersonal). (http://arshadgraffity.blogspot.com/2010/12/bahasa-indonesia-identitas-kita.html. 21-feb-2015).

b.      Etika Komunikasi komunikator Dalam Alqur’an
Prinsip komunikasi komunikator dalam alquran antara lain:
1.      Prinsip Qaulan Baligha (قَوْلًا بَلِيغًا) / Perkataan yang membekas pada jiwa

QS. An Nisa ayat 63
أُولَئِكَ الَّذِينَ يَعْلَمُ اللَّهُ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُلْ لَهُمْ فِي أَنْفُسِهِمْ قَوْلا بَلِيغًا
Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha –perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”.
Qaulan baligha artinya menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah (straight to the point), dan tidak berbelit-belit atau bertele-tele.
Agar komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang disampaikan hendaklah disesuaikan dengan  kadar  intelektualitas komunikan dan menggunakan bahasa yang dimengerti oleh komunikan.

”Tidak kami utus seorang rasul kecuali ia harus menjelaskan dengan bahasa kaumnya” (QS.Ibrahim:4)

Gaya bicara dan pilihan kata dalam berkomunikasi dengan orang awam tentu harus dibedakan dengan saat berkomunikasi dengan kalangan cendekiawan. Berbicara di depan anak TK tentu harus tidak sama dengan saat berbicara di depan mahasiswa. Dalam konteks akademis, kita dituntut menggunakan bahasa akademis. Saat berkomunikasi di media massa, gunakanlah bahasa jurnalistik sebagai bahasa komunikasi massa (language of mass communication). (http://angeliazolana.blogspot.com/2012/12/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_3425.html, 21-feb-2015).

2.      Qaulan Sadida (قَوْلًا سَدِيدًا)  (perkataan yang benar, jujur)
QS. An Nisa ayat 9
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا
Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraannya)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar (qaulan sadida)”.
Moh. Natsir dalam Fiqhud dakwahnya mengatakan bahwa, Qaulan Sadida adalah  perkataan lurus (tidak berbeli-belit), kata yang benar,keluar dari hati yang suci bersih, dan diucapkan dengan cara demikian rupa, sehingga tepat mengenai sasaran yang dituju yakni sehingga panggilan dapat sampai mengetuk pintu akal dan hati mereka yang di hadapi.
Dari segi redaksi, komunikasi Islam harus menggunakan kata-kata yang baik dan benar, baku, sesuai kadiah bahasa yang berlaku. Dalam dunia pendidikan, Qaulan Sadida dapat dicontohkan dengan memberikan  pengetahuan yang benar. Dalam artian sebagai pendidik harus benar-benar menguasai materi yang akan diajarkan. Sehingga tidak terjadi kebohongan, kesalahan yang nantinya menyesatkan.

3.      Qaulan Ma’rufa (قَوْلًا مَعْرُوفًا)  (perkataan yang baik)
QS. Al Ahzab ayat 32
َا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلا مَعْرُوفًا
Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya] dan ucapkanlah Qaulan Ma’rufa –perkataan yang baik.”

Qaulan Ma’rufa bermakna pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan. Dalam beberapa konteks dijelaskan, bahwa qaul ma'ruf adalah perkataan yang baik, yang menancap ke dalam jiwa, sehingga yang diajak bicara tidak merasa dianggap bodoh (safih); perkataan yang mengandung penyesalan ketika tidak bisa memberi atau membantu; Perkataan yang tidak menyakitkan dan yang sudah dikenal sebagai perkataan yang baik
Qaulan Ma’rufa bagi seorang pendidik akan menjadi sebuah keteladanan. Tutur kata seorang guru mencerminkan dirinya. Seorang peserta didik akan merasa segan karena wibawa seorang pendidik berawal dari tutur katanya. Dalam situasi apapun seorang pendidik harus mampu mengendalikan perkataannya kepada siapa saja.

4.      Qaulan Karima (قَوْلًا كَرِيمًا) (perkataan yang mulia)
QS. Al Isra’ ayat 23
وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا
Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan jangan engkau membentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya perktaan yang baik”.
Qaulan karimah adalah perkataan yang mulia, dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan, enak didengar, lemah-lembut, dan bertatakrama.
Qaulan Karima harus digunakan khususnya saat berkomunikasi dengan kedua orangtua atau orang yang harus kita hormati. Seorang pendidik mengharapkan dihormati oleh peserta didiknya haruslah ia terlebih dahulu yang memberi contoh bagaimana menghormati orang lain.

5.      Qaulan Layyinan (قَوْلًا لَيِّنًا) (perkataan yang lembut)
QS. Thaha ayat 43-44
اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى
فَقُولا لَهُ قَوْلا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى
“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun karena benar-benar dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut”.
Qaulan Layina berarti pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar, dan penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati maksudnya tidak mengeraskan suara, seperti membentak, meninggikan suara.
Ayat di atas adalah perintah Allah SWT kepada Nabi Musa dan Harun agar berbicara lemah-lembut, tidak kasar, kepada Fir’aun. Dengan Qaulan Layina, hati komunikan (orang yang diajak berkomunikasi) akan merasa tersentuh dan jiwanya tergerak untuk menerima pesan komunikasi kita. Dengan demikian, dalam komunikasi Islam, semaksimal mungkin dihindari kata-kata kasar dan suara (intonasi) yang bernada keras dan tinggi.

6.      Qaulan Maysura (قَوْلًا مَيْسُورًا) (perkataan yang ringan)
QS. Al Isra’ ayat 28
وَإِمَّا تُعْرِضَنَّ عَنْهُمُ ابْتِغَاءَ رَحْمَةٍ مِنْ رَبِّكَ تَرْجُوهَا فَقُلْ لَهُمْ قَوْلا مَيْسُورًا
Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka Qaulan Maysura –ucapan yang mudah”.
Qaulan maisura artinya perkataan yang mudah diterima, dan ringan, yang pantas, yang tidak berliku-liku.
Contoh dalam dunia pendidikan ucapan yang penuh pengertian adalah ketika salah satu siswa mengalami kesulitan dalam belajar ataupun sedang mengalami masalah, sebagai seorang pendidik memiliki kewajiban untuk berkomunikasi dengan peserta didik tersebut untuk memecahkan masalahnya, membantunya dengan bahasa yang penuh perhatian dan pengertian sehingga dapat meringankan beban ataupun memberi saran-saran untuk mengatasi masalahnya.

b.      Hadist
Di dalam hadits Nabi juga ditemukan prinsip-prinsip etika komunikasi, bagaimana Rasulullah saw mengajarkan berkomunikasi kepada kita. Berikut hadits-hadits tersebut:

1.      Qulil haqqa walaukana murran (katakanlah apa yang benar walaupun pahit rasanya)
2.      3.      عَنْ اَنَسٍ رَ ضِيَ ا للهُ عَنْهُ: أَنَ النَبِيَ ص م . كاَ نَ إ ذاَ تَكَلَمَ بِكَلِمَةٍ اَ عاَ دَ هاَ ثَلاَ  ثَ حَتَي تُفْهَمَ عَنْهُ . وَاِذاَ اَ تَي عَلَي قَوْ مٍ فَسَلَمَ عَلَيْهِمْ سَلَمَ عَلَيْهِمْ ثَلاَ ثاً ( ر وا ه ا لبنحا ر ي )
Artinya: Anas ra berkata: Jika nabi saw mengatakan sesuatu, biasanya mengulanginya tiga kali hingga benar-benar dapat dipahami. Dan apabila mendatangi suatu kaum, biasanya mengucapkan salam kepada mereka, sebanyak tiga kali.” (HR: Banhari)
3.      4.     عَنْ عاَ ءِ شَةَ ضِىَ ا للهُ عَنْهاَ قَا لَتْ : كَا نَ كَلاَ مُ  رَ سُوْ لِ ا للهِ ص م . كَلاَ ماً فَصْلاً تَفْهَمُهُ كُلُ مَنْ يَسْمَعُهُ (رواه ابو داود)  
Artinya: Aisyah ra berkata: Perkataan Rasulullah adalah ucapan yang sangat jelas, jika orang lain mendengarnya, pasti dapat memahaminya.”        (HR:Abu Daud)
4.      Kedua, falyakul khairan au liyasmut (katakanlah bila benar kalau tidak bisa, diamlah).
5.       Laa takul qabla tafakur (janganlah berbicara sebelum berpikir terlebih dahulu).
6.      Nabi menganjurkan berbicara yang baik-baik saja, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya, “Sebutkanlah apa-apa yang baik mengenai sahabatmu yang tidak hadir dalam pertemuan, terutama hal-hal yang kamu sukai terhadap sahabatmu itu sebagaimana sahabatmu menyampaikan kebaikan dirimu pada saat kamu tidak hadir”.
7.      Selanjutnya Nabi saw berpesan, “Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang…yaitu mereka yang memutar balikan fakta dengan lidahnya seperti seekor sapi yang mengunyah-ngunyah rumput dengan lidahnya”.

Pesan Nabi saw tersebut bermakna luas bahwa dalam berkomunikasi hendaklah sesuai dengan fakta yang kita lihat, kita dengar, dan kita alami.
Prinsip-prinsip etika tersebut, sesungguhnya dapat dijadikan landasan bagi setiap muslim, ketika melakukan proses komunikasi, baik dalam pergaulan sehari-hari, berdakwah, maupun aktivitas-aktivitas lainnya.


DAFTAR PUSTAKA
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi (Suatu Pengantar), Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.
         Al-quran

Diposkan oleh Arsyad, diakses dari http://arshadgraffity.blogspot.com/2010/12/bahasa-indonesia-identitas-kita.html, pada 21/02/2015.


PPC Iklan Blogger Indonesia